Berisi tentang materi proses manajemen risiko lengkap, mulai dari pendahuluan, pembahasan hingga penutup. semoga bermanfaat!
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Proses Manajemen Risiko?
2. Apa saja metode-metode dalam identifikasi risiko?
3. Bagaimana pengukuran risiko dalam manajemen?
4. Bagaimana pemantauan risiko dalam manajemen?
5. Bagaimana penyelesaian studi kasus terkait dengan Proses Manajemen Risiko?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami Proses Manajemen Risiko
2. Memahami metode-metode dalam identifikasi risiko
3. Dapat Merancang dan melaksanakan pengukuran risiko dalam manajemen
4. Memahami pemantauan risiko dalam manajemen
5. Dapat menyelesaikan studi kasus terkait dengan Proses Manajemen Risiko
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai proses manajemen risiko dan bermanfaat bagi menambah wawasan para pembaca dan penulis.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Manajemen Risiko
Menurut Sadgrove (2015) terdapat empat tahapan dalam manajemen risiko,pertama adalah sadar akan risiko ,menilai, menangani dan terakhir memonitor. Awal dari manajemen risiko adalah pimpinan korporasi harus memiliki kendaraan akan risiko dan memahami sepenuhnya bahwa risiko ini harus dikelola dengan baik, setelah manjemen menyadari ,seorang pemimpin korporasi harus pula menilai risiko yang yang harus dikelola.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016) proses manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha. Dalam manajemen Resiko ada 3 proses , dimana tujuan proses ini dipakai untuk identifikasi organisasi, lingkungan, kepentingan, dan kepentingan kriteria risiko. Berikut penjelasannya proses manajemen risiko :
1. Penetapan konteks
Manajemen risiko erat kaitannya dengan melakukan penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter-parameter lain yang berhubungan dengan proses pengelolaan risiko suatu perusahaan. Proses ini menunjukkan kaitan atau hubungan antara permasalahan hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan perusahaan (eksternal & internal), proses manajemen risiko, dan ukuran atau kriteria risiko yang hendak dijadikan standar.
2. Penilaian risiko
Tahapan identifikasi risiko yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dapat disusun sebuah daftar risiko untuk kemudian dilakukan pengukuran risiko untuk melihat tingkatan risiko.
Proses pengukuran risiko berupa analisis risiko yang bertujuan untuk menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diindentifikasi. Hasil pengukuran berupa status risiko yang menunjukkan ukuran tingkatan risiko dan peta risiko yang merupakan gambaran sebaran risiko dalam suatu peta. Tahapan lainnya dalam penilaian risiko adalah evaluasi risiko yang ditujukkan untuk membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko yang telah ditentukan untuk dijadikan sebagai dasar penerapan penanganan risiko.
3. Penanganan risiko
Perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk mendapatkan alternatif solusinya sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara lain yang bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing) dan menerima risiko (risk acceptance).
Diharapkan dengan adanya fungsi manajemen risiko yang terkelola dengan baik di setiap unit kerja, dapat mendukung penerapan Good Corporate Governance di dalam perusahaan secara keseluruhan. Karena sejatinya fungsi manajemen risiko bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan risiko usaha perusahaan dengan penerapan prinsip kehati-hatian, akuntabilitas, dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan.
2.2 Identifikasi Risiko
Identifikasi menurut Kasidi (2010) adalah kegiatan mengidentifikasikan semua risiko usaha yang dihadapi, baik risiko spekulatif maupun risiko yang sifatnya murni. Semua informasi yang berhubungan dengan usaha dikumpulkan kemudiaan dianalisis. Sehingga identofikasi risiko dapat diartikan sebagai proses dimana suatu perusahaan secara sistematis dan terus menerus.
Menurut Herman Damawi (2014) pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk menemukan/mengidentifikasi kemungkinana-kemungkinan terjadinya kerugian yang potensial yang dihadapi / mengancam perusahaan.
Hal-hal yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk perusahaannya :
a. Mengetahui kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan harus berhati-hati atas kemungkinan timbulnya setiap kerugian dan halini merupakan tugas utama seorang manajer risiko.
b. Memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko sehingga dapat diperkirakan kemungkinan kerugian maksimum dari risiko yang berasal dari berbagai sumber.
c. Memutuskan pemakaian metode pengolahan risiko yang terbaik dan palingekonomis,apakah dengan jalan menghapuskan, mengurangi, membatasi, menanggung sendiri, memindahkan atau mengkombinasikan metode-metode tersebut.
d. Mengadministrasikan program-program manajemen risiko termasukmengadakan penilaian kembali atas program-program, pencatatan-pencatatan dan lain sebagainya.
Metode Identifikasi Risiko
Pengidentifikasian risiko terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya risiko:
a. Menggunakan Kuisioner
Yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan untuk menganalisa risiko dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan tersebut yang dapat dirancang secara sistematis tentang risiko yang menyangkut kekayaan maupun operasi perusahaan atau bisnis
b. Menggunakan Laporan Keuangan
Yaitu dengan menganalisis laporan neraca, laporan laba rugi dan catatan lain yang mndukung yang nantinya akan dapat diketahui semua harta kekayaan, hutang piutang dan sebagainya. Sehingga manager risiko dapat mengidentifikasi semua risiko yang berkaitan dengan harta, utang dan personalia yang dapat menjadi kebijakan dalam penanggulangan risiko masa mendatang.
c. Mengadakan Interaksi Dengan Departemen Atau Bagian-Bagian Dalam Perusahaan
Diantaranya ; (1) mengadakan kunjungan ke departmen dapat meraih, memupuk saling pengertian antara kedua belah pihak dan akan memberikan pengalaman yang lengkap.(2) menerima, mengevaluasi, memonitor dan menanggapi laporan-laporan dari departemen, dapat meningkatkan pemahaman tentang aktivitas dan risiko. Tujuan dari interaksi antar departemen agar dapat diperoleh informasi tentang aktivitas dan kemungkinan kerugian yang akan dihadapi nantinya.
d. Mengadakan Interaksi Dengan Pihak Luar
Mengadakan hubungan dengan perseorangan atau perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-pihak yang dapat membantu perusahaan dalam penanggulangan risiko, seperti akuntan, konsultan manajemen, dan lain sebagainya. Karena hal tersebut akan dapat banyak membantu dalam mengembangkankan identifikasi terhadap kerugian-kerugian perusahaan atau usaha dagang.
e. Melakukan Analisa Terhadap Kontrak-Kontrak Yang Telah Dibuat Dengan Pihak Lain
Dimana dari analisa tersebut akan dapat diketahui kemungkinan adanya risiko dari kontrak tersebut, misalnya rekanan tidak dapat memenuhi kewajibannya.
f. Membuat Dan Menganalisa Catatan/Statistic Mengenai Bermacam-Macam Kerugian Yang Pernah Diderita
Dari catatan tersebut dapat diperhitungkan adanya kemungkinan terulangnya suatu jenis risiko tertentu, dan juga dapat diketahui penyebab, lokasi, jumlah dan variable-variable risiko lainnya, yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan risiko.
g. Mengadakan Analisa Lingkungan
Langkah ini diperlukan untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko potensial, seperti: konsumen, supplier, pesaing dan penguasa (pembuat peraturan/perundangundangan).
h. Membuat Flow-Chart
Dari flow-chart tersebut akan dapat diidentifikasikan kemungkinan kerugian pada masing-masing tahap. Misalnya pada tahap supplier risiko kenaikan harga, waktu penyerahan, volume dan sebagainya.
Untuk melakukan pekerjaan itu semua, seorang manager risiko dapat melakukannya sendiri atau memberikan tugas kepada anak buahnya atau menggunakan jasa pihak ketiga, seperti konsultan manajemen dan yang lain sebagainnya. Menggunakan jasa pihak ketiga disamping ada kelemahannya yakni biayanya yang tidak murah, juga ada keuntungannya, karena umumnya pihak ketiga itu sudah profesional dalam bidangnya, sehingga hasilnya akan lebih lengkap dan lebih obyektif.
2.3 Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan dan dampak terhadap kinerja perusahaan. Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian resiko. Dimana pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk menemukan serta mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kerugian potensial yang mengancam perusahaan.
Dimensi (bagian) yang harus diukur:
a. Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi
Besarnya kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan suatu peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) yang dapat menimbulkan risiko dapat terjadi dalam suatu periode.
b. Keparahan dari kerugian.
Besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar kerugian yang diderita bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan (reverity) atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut, sampai seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi (bagian) tersebut paling tidak diketahui:
- Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
- Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain naik-turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu.
Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eskposur risiko perusahaan sebagai acuan untuk melakukan pengendalian. Sistem pengukuran risiko harus dapat mengukur :
1. Sensitivitas produk atau aktivitas terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal.
2. Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan fluktuasi yang terjadi dimasa lalu dna korelasinya.
3. Faktor risiko secara individual.
4. Eksposur risiko secara keseluruhan maupun per risiko, dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko.
5. Seluruh risiko yang melekat pada transaksi serta produk perusahaan, termasuk produk dan aktivitas baru, dan dapat diintegrasikan kedalam sistem informasi manajemen perusahaan.
Teknik pengukuran risiko :
1. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Konsep probabilitas yaitu dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan event suatu kejadian atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan suatu set dari kejadian tertentu yang diamati.
2. Notional Risiko
Diukur berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko). Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika perusahaan meminjamkan uang kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar, maka besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan notional adalah Rp 2 milyar.
3. Sensitivitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko) terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko aset keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar. Ukuran ini dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating leverage (DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan. DOL digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
4. Volatilitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum adalah standar deviasi (penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi (tidak tetap) nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin Beresiko eksposur atau aset tersebut.
5. Pendekatan VaR ( value at risk )
Risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of confidence) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai Rp 1 juta adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah 1,645. Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi (jumlah) dan signifikansi (meyakinkan). Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu :
- Mengembangkan standar risiko
- Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
7. Analisis skenario
Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Example: Teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya (tingkat kuantifikasi), dalam artian beda tipe resiko beda juga tekhnik yang digunakan.
Berikut contoh tipe resiko dan teknik pengukurannya :
2.4 Pemantauan Risiko
Pemantauan resiko merupakan proses berkelanjutan untuk mengelola risiko, pemantauan resiko adalah sebuah proses pelaksanaan manajemen risiko dan terus mengidentifikasi dan mengelola risiko baru serta melacak dan mengevaluasi tingkat risiko dalam suatu organisasi. Proses pemantauan dilakukan terus menerus untuk memastikan bahwa setiap komponen lainnya berfungsi dengan baik. Yang penting untuk dipertimbangkan dalam proses pemantauan adalah pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan.
Prosedur pemantauan risiko mencakupi ;
1. Pemantauan terhadap besarnya eksposur risiko
2. Toleransi risiko
3. Kepatuhan limit internal dan hasil testing ataupun konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang di tetapkan.
Tugas dan tanggung jawab Pemantauan Risiko:
- Mendeteksi/mengindentifikasi risiko sedini mungkin pada setiap aktivitas terkait tugas, wewenang dan tanggung jawab;
- Melakukan pengukuruan risiko dengan memperhitungkan besarnya dampak dan kemungkinan terjadinya peluang risiko;
- Mengelola strategi pengendalian secara berkesinambungan terhadap risiko yang mempunyai prioritas tinggi/risiko signifikan demi kelangsungan hidup perusahaan;
- Melakukan pemantuan risiko secara terus menerus, khususnya yang mempunyai dampak cukup signifikan terhadap kondisi perusahaan.
Pemantauan ini dapat di lakukan oleh unit pelaksana maupun satuan kerja manajemen risiko. Hasil pemantaun di sajikan dalam laporan berkala yang di sampaikan kepada manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang di perlukan. Evaluasi terhadap ekspousur risiko dilakukan dengan cara pemantauan dan pelaporan risiko yang bersifat material atau yang berdampak kepada kondisi permodalan perusahaan, antara lain di dasarkan atas penilaian potensi risiko dengan menggunakan historical tren.
Perusahaan harus menyiapkan suatu sistem cadangan dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem cadangan tersebut.
2.5 Pengendalian Risiko
Perusahaan harus memiliki sistem pengendalian risiko yang memadai dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Proses pengendalian risiko yang diterapkan perusahaan harus disesuaikan dengan eksposur risiko maupun tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Langkah langkah pengendalian dapat dilakukan dengan metode mitigasi risiko, antara lain lindung nilai dan penambahan modal untuk menyerap potensi kerugian.
Metode Pengendalian Risiko
Setelah manajer risiko melakukan identifikasi dan mengukur risiko, maka tahap selanjutnya adalah memilih cara pengendalian risiko. Upaya-upaya untuk menanggulangi risiko harus selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan.
Sesuaikan dengan sifat objek yang terkena risiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan (perusahaan) untuk meminimalkan atau menekan adanya risiko kerugian , antara lain :
1. Melakukan pencegahan dan penggurangan terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan bahan-bahan yang anti terbakar untuk mencegah bayaya kebakaran, memagari mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja,melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk menghindari risiko pencurian dan kerusakan, mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya pemogokan, sabotase dan pengacuan.
2. Melakukan retensi, mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan untuk mencegah tergantungnya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-lain atau tak terduga dalam anggaran perusahaan).
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contohnya melakukan hedging (perdagangan berjangka) untuk menanggulangi dan mengendalikan risiko kelangkaan dan fluktuasi harga dan barang bahan baku/pembantu yang diperlukan oleh perusahaan atau korporasi.
4. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi terhadap risiko tertentu, dengan membayar sejumlah premi asuransi yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-betul terjadi kerugian yang sesuai perjanjian.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha. Dalam manajemen Resiko ada 3 proses, yaitu pengidentifikasian risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko.
Identifikasi risiko pada perusahaan dilakukan dengan menganalisis seluruh sumber risiko dari produk dan aktivitas perusahaan serta memastikan bahwa risiko telah melalui proses manajemen risiko yang layak sebelum dijalankan. Identifikasi risiko dapat dilakukan melalui beberapa metode, setlah mengidentifikasi selanjutnya adalah mengukur risiko. Pengukuran risiko ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan dan dampak atau pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eskposur risiko perusahaan sebagai acuan untuk melakukan pengendalian.
Pemantauan risiko adalah salah satu proses pelaksanaan manajemen risiko yang terus mengidentifikasi dan mengelola risiko baru serta melacak dan mengevaluasi tingkat risiko dalam suatu organisasi. Proses pemantauan yang terus menerus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap komponen lainnya berfungsi dengan baik, hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan kepada manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang diperlukan.
Pengendalian resiko (risk Control) merupakan tahapan terakhir yang harus seseorang atau perusahaan lakukan setelah mereka mengetahui resiko yang akan dihadapi dan menganalisis resiko tersebut. Proses pengendalian risiko yang diterapkan perusahaan harus disesuaikan dengan eksposur risiko maupun tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Langkah langkah pengendalian dapat dilakukan dengan metode mitigasi risiko, antara lain lindung nilai dan penambahan modal untuk menyerap potensi kerugian.
3.2 Saran
Kami berharap dengan makalah ini dapat membantu pembaca untuk memperoleh informasi mengenai “Proses Manajemen Risiko”. Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan memberikan saran. Terimakasih atas perhatiannya, kami tunggu saran dari pembaca.
Post a Comment
Post a Comment